Nabi
صلى الله عليه وسلم dalam haditsnya menganjurkan kita untuk berusaha dan mencari
nafkah apa saja bentuknya, selama itu halal dan baik, tidak ada syubhat, tidak
ada keharaman, dan tidak dengan meminta-minta. Kita juga disunnahkan untuk
ta’affuf (memelihara diri dari minta-minta), sebagaimana yang Allah Ta’ala
sebutkan dalam firman-Nya.
لِلْفُقَرَاء الَّذِينَ أُحصِرُواْ فِي سَبِيلِ اللّهِ لاَ
يَسْتَطِيعُونَ ضَرْباً فِي الأَرْضِ يَحْسَبُهُمُ الْجَاهِلُ أَغْنِيَاء مِنَ
التَّعَفُّفِ تَعْرِفُهُم بِسِيمَاهُمْ لاَ يَسْأَلُونَ النَّاسَ إِلْحَافاً وَمَا
تُنفِقُواْ مِنْ خَيْرٍ فَإِنَّ اللّهَ بِهِ عَلِيمٌ
"(Apa
yang kamu infakkan adalah) untuk orang-orang fakir yang terhalang (usahanya
karena jihad) di jalan Allah sehingga dia tidak dapat berusaha di bumi; (orang
lain) yang tidak tahu, menyangka bahwa mereka adalah orang-orang kaya kerana
mereka menjaga diri (dari minta-minta). Engkau (Muhammad) mengenal mereka dari
ciri-cirinya, mereka tidak minta secara paksa kepada orang lain. Apa pun harta
yang baik yang kamu infakkan, sungguh, Allah Maha Mengetahui" (QS. al-Baqarah/2: 273).
Diriwayatkan
dari az-Zubair bin al-‘Awwâm رضي الله عنه dari Nabi صلى الله عليه وسلم, beliau bersabda:
لَأَنْ يَأْخُذَ أَحَدُكُمْ حَبْلَهُ فَيَأْتِيَ بِحُزْمَةِ حَطَبٍ
عَلَى ظَهْرِهِ فَيَبِيْعَهَا فَيَكُفَّ اللهُ بِهَا وَجْهَهُ خَيْرٌ لَهُ مِنْ
أَنْ يَسْأَلَ النَّاسَ، أَعْطَوْهُ أَوْ مَنَعُوْهُ
"Sungguh,
seseorang dari kalian mengambil talinya lalu membawa seikat kayu bakar di atas
punggungnya, kemudian ia menjualnya sehingga dengannya Allah menjaga wajahnya
(kehormatannya), itu lebih baik baginya daripada ia meminta-minta kepada orang
lain, mereka memberinya atau tidak memberinya". (HR al-Bukhâri no. 1471, 2075)
Seseorang
yang menjual kayu bakar yang ia ambil dari hutan adalah lebih baik daripada ia
harus meminta-minta kepada orang lain.
Jadi,
yang terbaik ialah kita mencari nafkah, kemudian setelah itu kita makan dari
nafkah yang kita dapat, baik sedikit maupun banyak, dan sesuatu yang kita dapat
itu lebih mulia daripada minta-minta kepada orang lain.
Shahîh.
HR Muslim (no. 1044), Abu Dâwud (no. 1640), Ahmad (III/477, V/60), an-Nasâ`i
(V/89-90), ad-Dârimi (I/396), Ibnu Khuzaimah (no. 2359, 2360, 2361, 2375), Ibnu
Hibbân (no. 3280, 3386, 3387 –at-Ta’lîqtul-Hisân), dan
selainnya.
ORANG-ORANG
YANG DIBOLEHKAN MEMINTA-MINTA
Diriwayatkan
dari Sahabat Qabishah bin Mukhariq al-Hilali رضي الله عنه, ia berkata: Rasulullah صلى الله عليه وسلم bersabda:
يَا قَبِيْصَةُ، إِنَّ الْـمَسْأَلَةَ لَا تَحِلُّ إِلَّا لِأَحَدِ
ثَلَاثَةٍ : رَجُلٍ تَحَمَّلَ حَمَالَةً فَحَلَّتْ لَهُ الْـمَسْأَلَةُ حَتَّى
يُصِيْبَهَا ثُمَّ يُمْسِكُ، وَرَجُلٍ أَصَابَتْهُ جَائِحَةٌ اجْتَاحَتْ مَالَهُ
فَحَلَّتْ لَهُ الْـمَسْأَلَةُ حَتَّى يُصِيْبَ قِوَامًا مِنْ عَيْشٍ –أَوْ قَالَ :
سِدَادً مِنْ عَيْشٍ- وَرَجُلٍ أَصَابَتْهُ فَاقَةٌ حَتَّى يَقُوْمَ ثَلَاثَةٌ مِنْ
ذَوِي الْحِجَا مِنْ قَوْمِهِ : لَقَدْ أَصَابَتْ فُلَانًا فَاقَةٌ ، فَحَلَّتْ
لَهُ الْـمَسْأَلَةُ حَتَّى يُصِيْبَ قِوَامًا مِنْ عَيْشٍ ، – أَوْ قَالَ :
سِدَادً مِنْ عَيْشٍ- فَمَا سِوَاهُنَّ مِنَ الْـمَسْأَلَةِ يَا قَبِيْصَةُ ،
سُحْتًا يَأْكُلُهَا صَاحِبُهَا سُحْتًا
“Wahai
Qabiishah! Sesungguhnya meminta-minta itu tidak halal, kecuali bagi salah satu
dari tiga orang: (1) seseorang yang menanggung hutang orang lain, ia boleh
meminta-minta sampai ia melunasinya, kemudian berhenti, (2) seseorang yang
ditimpa musibah yang menghabiskan hartanya, ia boleh meminta-minta sampai ia
mendapatkan sandaran hidup, dan (3) seseorang yang ditimpa kesengsaraan hidup
sehingga ada tiga orang yang berakal dari kaumnya mengatakan, ‘Si fulan telah
ditimpa kesengsaraan hidup,’ ia boleh meminta-minta sampai mendapatkan sandaran
hidup. Meminta-minta selain untuk ketiga hal itu, wahai Qabishah! Adalah haram,
dan orang yang memakannya adalah memakan yang haram”.
1.
Muttafaqun
‘alaihi. HR al-Bukhâri (no. 1474) dan Muslim (no. 1040
(103)).
2.
Shahîh.
HR Ahmad (IV/165), Ibnu Khuzaimah (no. 2446), dan ath-Thabrâni dalam
al-Mu’jamul-Kabîr (IV/15, no. 3506-3508). Lihat Shahîh
al-Jâmi’ish-Shaghîr, no. 6281.
3.
Shahîh.
At-Tirmidzi (no. 681), Abu Dawud (no. 1639), an-Nasâ`i (V/100) dan dalam
as-Sunanul-Kubra (no. 2392), Ahmad (V/10, 19), Ibnu Hibbân (no. 3377
–at-Ta’lîqâtul Hisân), ath-Thabrâni dalam al-Mu’jamul Kabîr (VII/182-183,
no. 6766-6772), dan Abu Nu’aim dalam Hilyatul-Auliyâ` (VII/418, no.
11076).
4.
Shahîh.
Al-Bukhâri (no. 1472), Muslim (no. 1035), dan lainnya.
Rasulullah s.a.w bersabda :
“Bukanlah orang yang beriman sekiranya dia
kenyang seorang diri sedangkan jiran disebelahnya kelaparan”
dan dalam
riwayat lain menyebut :
“ Tidaklah beriman kepadaku orang yang kenyang
sedangkan jirannya kelaparan disebelahnya dan dia mengetahui keadaan
jirannya itu”
(hadith sahih riwayat Bukhari dalam Adabul Mufrad no. 112 dan Baihaqi dalam Sunan Kubra no. 19452 dan Hakim no, 7307 dengan isnad yang sahih dan disepakati oleh Adz-zahabi dan berkata Hafidz Al-Munziri bahawa rijalnya siqah).
No comments:
Post a Comment